Belajar Memanjat di Es (2) : Tantangan Glasier




Lesson II Franz Josef Glacier, New Zealand December 2007

Prospek melanjutkan ice climbing cukup menjanjikan. Kesempatan itu saya peroleh ketika backpacking ke New Zealand melewati dua titik glasier kenamaan : Franz Josef Glacier dan Fox Glacier. Yang membuat sedikit beda adalah lokasi manjat berada di luar. Jadi lebih alami, karena menggunakan dinding glacier untuk dipanjat. Saya pilih Franz Josef untuk climbing sedangkan di Fox saya dedikasikan untuk dinikmati dari udara sembari mencicip Mt. Cook.

Di dunia ice climbing, manjat glacier ini nomor dua dalam kepopulerannya. Yang paling diincar adalah memanjat air terjun yang membeku. Menurut si ahli es, air terjun membeku itu mempunyai kadar kekerasan struktur es yang lebih solid. Ini karena proses pembekuan instan membuatnya jadi super keras dibanding glacier yang terbentuk dari salju yang padat. Katanya tantangan ice climbing di air terjun itu lebih okeh. Itulah kenapa surga ice climbing tipe air terjun ini adalah di negara Canada dimana air beku lumayan banyak.

Franz Josef Glacier letaknya di pegunungan alps pulau Selatan di Westland National Park. Karena musim panas, membuat booking jadi antri. (Notes : musim di NZ terbalik dengan benua di sebelah utara hemisphere so desember adalah puncak musim panas). Kebanyakan memilih hiking atau walking mencicip seperti apa rasanya di es. Untunglah penggemar ice climbing ini bisa diitung. Pas banget bisa dapat slot melalui telepon sehari sebelumnya.

Saya diminta datang pagi-pagi ke bagian rental alat. Disini diminta memilih sepatu boots, helm, jacket goretex, crampon, sepasang kampak es, kaos tangan lantas dimasukkan dalam tas ransel yang sama. Jadi bener2 seragam deh. Ohya kaos kaki dari bahan wool dan celana tahan air juga disediakan tapi karena saya bawa sendiri jadi ngga saya ambil. Karena bakal seharian, disarankan bawa bekal makanan dan minuman.

Hari itu ada 8 orang peserta dengan guide 2 orang. Hampir semua pernah memanjat, tapi ada yang belum pernah memanjat di es. Ada tiga orang cewek, termasuk saya. Sisanya para cowok yang terlihat ngga sabar. Kami dibawa ke lokasi Franz Josef Glacier dengan mobil colt. Begitu tiba di parkiran, kami memulai trek menuju mulut glacier. Yah jangan dibayangkan jalan biasa, soalnya kami semua sudah memakai sepatu boots climbing. Jadi jalan seperti robot dengan bawaan lumayan.

Selama perjalanan kami melewati sungai yang terjadi karena lelehan glasier. Disana-sini bisa dilihat belahan es yang masih solid, terkadang mengalir bersama air sungai. Glasier Franz Josef terbentuk 2 juta tahun yang lalu ketika pegunungan alps terkubur oleh lapisan es setinggi 100km. Ketika era lelehan jaman es, gerusan proses mencairnya es ini membentuk lembah berukuran U dan puncak2 tinggi (fjord) dengan kedalaman hingga 500m dan menciptakan danau tampungan air lelehan tadi.

Franz Josef sendiri panjangnya 12km dengan lekukan yang mempesona. Menurut papan penjelasan disana, glasier ini mengalami lelehan besar2an tahun 1940an dan tahun 1980an. Apakah ini disebabkan pemanasan global? Well, banyak factor yang mempengaruhi kecepatan lelehan. Beberapa diataranya adalah banyaknya salju yang menambah beban, suhu di sekitar, juga aliran sungai yang berada di bawah.

Berjalan di lembah ini lumayan capek. Saya agak terseok-seok. Maklum, tubuh saya paling kecil dan jarak langkah pasti lebih pendek. Belum lagi batu-batu terjal agak menyulitkan dengan sepatu plastik berat begini.

Begitu mendekati kaki glasier, kami berhenti. Tak jauh dari sini saya bisa melihat `terminal face' yakni gua yang terbentuk karena lelehan horizontal. Ketika mendekat saya bisa mendengar tetesan air dan deru air. Ngeri juga melihat lobang dengan warna biru kelam diantara butiran pasir. Besarnya seukuran rumah. Posisinya yang berbahaya, membuat para pengunjung ngga boleh terlalu dekat. Dindingnya bisa runtuh setiap saat secara tiba-tiba.

Di mulut glasier ini kami diminta memakai crampon untuk melalui es dan salju. Saya juga menyaksikan beberapa orang guides yang sedang meratakan jalur dengan kampak es. Tampak mereka bekerja keras mengayun kapak, menghujam dengan keras untuk membuat jalan. Bayangkan saja, glasier ini tiap hari meleleh, hingga tiap hari harus memperbaiki jalur agar aman diinjak oleh pengunjung macam saya ini. Tak jarang jalur lama jadi menghilang dan terpaksa membuat cabangan baru. Jaluritu bisa dibuat seperti tangga, tapi sebagian besar cuma jejak langkah. Kanan kiri terkadang lubang glasier yang entah berakhir dimana. Saya bisa mendengar gerusan air dengan suara yang menyeramkan. (masih dilanjut)


Photo terbang diatas Fox Glasier dan Mt. Cook.

Comments