Mencoba hidup hijau




Benarkah manusia adalah penyumbang malapetaka bumi ini? Apakah kita harus menuding para pengambil hutan di belahan Indonesia, merubahnya menjadi ladang sawit dan kedelai? Lantas sebagai manusia biasa apa yang musti dilakukan?

Saya tidak tahu. Saya bukan penganjur lingkungan atau anggota kelompok lingkungan. Saya hanyalah ingin sedikit mengurangi tingkat konsumsi sehari-hari demi menjaga bumi. Kok?

Salah satunya adalah hidup hijau. Oh maksudnya bukan tiap hari makan rumput. Konsepnya sederhana saja, yakni membuat kita lebih self sufficient (mandiri) dan awas terhadap berbagai bentuk keinginan duniawi yang terkadang mengorbankan hutan, mengotori sungai, membolongi ozon.

Beberapa hal ringan yang saya lakukan :

1. Mengurangi pemakaian energi listrik pada hal2 yang tidak perlu. Memakai lampu CFL ( (compact fluorecent) ternyata mengurangi panas 75% dari lampu normal. Syukurlah kami diwarisi rumah dengan 40-50% dengan lampu CFL. Rencana-nya sedikit demi sedikit ganti.

2. Mengurangi penggunaan AC (air conditioning). Menggunakan fan (kipas angin) dengan jendela terbuka lebih menyenangkan ketimbang ruang tertutup di ruang AC yang dingin. Jika tidak bisa meninggalkan AC, coba setel suhu sekitar diatas 20C. Efek AC disamping menggunakan energi juga penyumbang karbon dioksida.

3. Mengurangi pemakaian kantong plastik. Saya akui malas sekali membawa tas kertas (recycle bag), sering lupa. Sedikit demi sedikit saya akhirnya menggunakan tas yang sama berulang kali sampai ngga bisa dipakai lagi. Intinya sih, kurangi penggunaan berlebihan.

4. Memisahkan sampah dapur antara organic dan non organic. Juga dipilah dalam katagori yang sama, misalnya : koran, gelas dan plastik. Dibersihkan sebelum diangkut tukang sampah. Sedang yang organic dipilih yang mana yang bisa dibuat kompos. Ada beberapa yang tidak boleh dimasukkan dalam tumpukan kompos :
  • daging
  • ikan
  • lemak (minyak)
  • kayu besar
  • majalah dengan halaman mengkilat
  • boks dengan penutup plastik
  • pohon pinus dan sebangsanya (yang susah dicerai)
  • tumbuhan liar
  • kotoran anjing dan kucing

Ohya sewaktu dulu ada tempat kompos besar, saya disarankan pipis disitu. Ternyata air seni mempercepat proses pembentukan kompos.

5. Mengurangi nyetir dan kepemilikan mobil. Susah juga untuk yang ini terutama jika harus komuter kerja/sekolah saban harinya. Saya mulai senang pakai public transport jika hanya dekat dan sebentar. DI negara kecil seperti Singapura, kami hidup 1.5 tahun hanya mengandalkan bis dan taksi. Sedang hidup di US ini agak susah diterapkan. Kami sepakat untuk hanya menggunakan 1 mobil, sedang keperluan kantor cukup jalan kaki atau nyepeda. Sehat kan?

6. Mengurangi konsumsi yang tidak diperlukan, misalnya baju dan bahan kosmetika. Saya termasuk agak impulsive untuk ini, terutama jika ada diskon. Hingga beberapa minggu lalu ketika pindahan saya menghitung berapa banyak kotak yang berisi baju. Jika dikumpulkan ada sekitar 3 kotak yang tidak terpakai karena ngga muat, usang atau ngga suka. Kosmetika dengan menggunakan bahan dasar kedelai mulai diperkenalkan untuk menggantikan petroleum. Karena desakan kebutuhan kedelai dunia, hutan2 di Amazon dirubah menjadi ladang kedelai.

7. Berusaha memanfaatkan halaman dengan menanam sayuran. Saat ini saya hanya menanam tumbuhan untuk dimasak, seperti tomat, lombok, aneka daun salad, herbs (sweet basil, kemangi, rosemary, chives). Tidak susah sekaligus berusaha mengisi tanah kosong. Dan membiasakan lebih mandiri untuk urusan makanan.

8. Menjemur cucian di bawah sinar matahari daripada menggunakan dryer. Biasanya yang saya jemur diluar adalah bahan tebal seperti jeans atau handuk.. Disamping gratis juga lebih cepet keringnya.

Ada hal yang belum bisa saya kurangi yakni memakai pesawat terbang. Tahun lalu kami menghitung emisi karbon dihasilkan dari puluhan rute yang kami lakukan mengilingi globe. Kalau dijumlah hampir sekitar 200tons antara kami berdua (angka itu kira-kira setelah ditambah beberapa penerbangan terakhir dan penerbanggan bisnis).
Kalau dihitung kasar saya harus membayar 200t X £8.8 menjadi £1760 atau sekitar 26 juta !

Saya sempat merasa berdosa bahkan membayar untuk menutupi rasa itu. Beberapa perusahaan penerbangan mulai menawarkan pembayaran emisi sukarela untu disumbangkan ke beberapa organisasi lingkungan atau proyek di negara berkembang. Saya akhirnya memilih tidak lagi melakukannya. Perasaan diekploitasi rupanya menghinggapi saya. Saya terbang karena harus, tuntutan kebutuhan. Kami sudah mencoba mengurangi dan syukurlah tahun ini saatnya kami lebih hijau.

Sempat terpikir untuk menggunakan tenaga matahari untuk pemanas di rumah. Tapi ternyata cukup mahal membuat kami berpikir dua kali. Rupanya mencoba hijau itu merujuk pada “perilaku” sehari-hari daripada gembar-gembor. Saya hanya ingin hidup lebih berkualitas.





Comments