Numpak Pit di Cambridge



Melewati gang sempit di kota Cambridge saya kok jadi inget Pak Newton, Pak Darwin atau Pak Hawkins. Saya ngga punya pit tapi saya susuri pake kaki sajalah. Pikir saya mosok sih mereka itu nyepeda kalau ke kampus. Percaya atau tidak memang begitulah di Cambridge. Ngga murid, ngga guru, ngga rektor sepeda adalah alat transport utama.

Untuk sekolah disini kalau enggak super pinter ya super kaya atau kombinasi keduanya. Ada yang bapaknya anggota parlemen, raja negeri anu, atau anak perdana mentri situ. Mahasiswa-nya juga tipikal rapi jali. Ganteng dengan potongan baju dan rambut terawat, jas dengan emblem College masing2. Saya pergoki di sudut Eagle, tempat mangkalnya para jenius muda ini. Mereka cenderung sangat sopan, terlalu sopan malah. He he untung saya ngga kepincut alumni Cambridge. Mumet saya dengan aturan2.

Kota Cambridge sebagai kota pelajar dimulai abad 13 setelah beberapa pelajar melarikan diri dari Oxford. Mulailah mendirikan sekolah merangkap pendidikan gereja dengan bangunan spektakuler seperti King College. Makanya mlaku-mlaku di Cambridge itu seperti memutar jam kembali ke abad lampau.

Saya jalan dari Trinity Street melewati salah satu College yang tenang. Disini tersebar college yang kecil2 nan cantik (Downing, Emmanuel) hingga mentok ke Gereja Bundar peninggalan Norman. Singgah sebentar hingga memutuskan ke St John College. Ahya pilar-pilar masih tersisa disana. Rumput hijau ditata, hampir pasti tak pernah diinjak manusia.

Dering bel sepeda di belakang saya memudarkan lamunan. Senja mulai datang, tapi sepeda masih berkeliaran. Tiba-tiba saya ingat Djogja....dan sepeda tua saya.

Comments