Kopi terakhir di Taiwan

Akhirnya saya harus meninggalkan negeri ini. Dua bulan setengah. Banyak sekali yang belum sempat saya tulis. Jalan-jalan ala turis di Logshan Temple, Royal Palace, Chiang Kai Shek, atau hiking ringan di Mt Cising Yangminshan Nat Park, Taroko Nat Park dan offtrack Maokong sembari wedangan teh hijau yang nyamleng.

Saya menyukai Taipei dengan segala keunikannya. Saya menemukan penduduknya lebih ramah ketimbang Singapura atau China sekalipun (ah ya Taiwan mencoba identitas sendiri). Kebiasaan mereka yang chatty banyak saya temukan di cafe atau di kereta. Mengingatkan saya pada Jogja. Bila kita lewat depan rumah, walau tidak kenalpun pasti disapa.

Kemiripan yang lain adalah kesukaan hal2 yang manis. Roti super manis, juga kopi ini misalnya dengan caramel diatasnya. Ini di Dante, warung langganan saya -dinikmati sambil baca buku atau mengamati manusia Taipei yang ngobrol. Yah keramahan yang akan saya ingat membuat saya pasti merindukan untuk kembali kesini.

Walau sempat terancam batal, saya pergi juga. Nyang-nyangan dengan bosbesar dengan segala konsekuensinya. Jalan tengah : saya duluan urus semua persiapan mlaku-mlaku, sedang Mr C ditinggal dulu. Perubahan yang cepat sekali, dalam hitungan jam saya harus membatalkan check in, pesan baru lagi dan juga tempat menginap. Seperti saya bilang ke semua orang memang beginilah pembantu umum aka sekpri aka PA. Ngga mudah apalagi musim holidays begini.

Yang penting saya masih bisa menikmati tahun baru di tempat yang hanya ada bintang.

Comments