Pulang Kampung Selagi Bisa

Gara-gara Home Office bagian IND saya ngg bisa pulang kampung, nengok keluarga. Juga rencana trip ke beberapa tempat terpaksa kandas atau diundur. Termasuk bertemu Agustinus Wibowo. Ia pulang sejenak ke rumahnya di Lumajang dari perjalanan Asia karena panggilan sang ayah yang dikabarkan sakit ingin merayakan imlek bersamanya. Di rumah. Waktu Gus Weng ragu serta merta saya cuma menyarankan, "Segeralah pulang, mumpung masih bisa."

Beberapa kali ia mengirimkan postcard. Dua yang terakhir dikirim dari negara yang berbeda. Ini penuturannya tertanggal 25 January 2007 dikirim dari Uzbekhistan. Kartu posnya tipis, namun bergambar menara Kalyan yang terkenal itu. Waktu itu ia mengabarkan kehilangan uang yang cukup besar. Ia sempat kalut. Keputusan untuk pulang atau terus cukup membingungkannya.

Mbak Ambar,
Ini wajah kota kuno Bukhara di bagian barat Uzbekhistan, yang pernah menjadi pusat peradaban Asia Tengah selama berabad-abad. Di sini orang-orang bicara bahasa Tajik yang bercampur dengan tata bahasa Uzbek, sebuah bukti persaingan hegemoni antara bahasa Persia (Tajik) dengan Turki (Uzbek). Bencana yang datang bertubi-tubi di awal tahun ini membuat aku semakin berpikir bahwa ada rencana Tuhan dibalik semua ini, yang mungkin tidak kita pahami mengapa. Namun aku percaya bahwa rencana Tuhan senantiasa indah adanya. Semoga perjalanan ini belum berakhir disini

Agustinus
Tashkent


Sedang pos card tertanggal 11 Desember 2006 dikirim dari Kazakhstan dengan sebuah photo Almaty St Ancenson Cathedral masih menyimpan optimisme yang tinggi untuk meneruskan langkah kakinya :

Mbak Ambar,
Pada saat menulis kartu pos ini, aku sedang berada dalam kereta api yang melintasi ribuan kilometer padang rumput antara Almaty dan Astana -ibukota baru Kazakhstan.
Negeripadang rumput ini memperoleh kekayaan mendadak yang luar biasa besarnya dari produksi minyak. Kemakmuran ini menghasilkan sebuah kota modern nan megah di tengah kekosongan stepa. Itulah Astana. Jangan membayangkan Kazakhstan sbg negara terbelakang spt yg diimpresikan Barat. Negeri ini sdg berjuang keras mencari identitasnya, namun dia tidaklah semalang spt yg dilukiskan Borat. Kazakhstan mungkin justru yang paling beruntung di seluruh Asia Tengah.


Besok ia akan kembali meneruskan perjalanannya kembali. Kali ini ke negara Iran, negeri yang sedang hangat. Ah......betapa ringannya kakimu Gus.

Comments