British Library : Kesan Pertama Begitu Menggoda


Sewaktu ke London sasaran saya sebenarnya adalah British Library (BL) dan British Museum (tunggu cerita selanjutnya). Library adalah tempat yang selalu saya akrabi. Sejak Sekolah Dasar saya paling rajin meminjam buku, menghabiskan berjam-jam melahap buku cerita anak2 seperti Lima Sekawan (The Famous Five) atau majalah anak2 Bobo.

Hingga tinggal di UK ini saya selalu jadi member library di tempat saya tinggal. Birmingham, Solihull, Wolverhampton, Stratford on Avon namun tidak pernah sekalipun di British Library. Maka dengan niat menyala seminggu sebelum pergi saya mendaftar melalui surat untuk menjadi member. Tidak sulit, hanya meminta beberapa bukti diri beserta penjelasan kenapa ingin menjadi member.

Namun hingga kedatangan saya di London tidak ada surat balasan, tapi saya tetep nekat datang. Dari Basingstoke saya ke Waterloo Station dengan kereta nyambung ke BL. Waktu itu saya sudah dibelikan kartu bis untuk satu minggu seharga 13.50pounds. Ini adalah pilihan paling murah karena untuk seminggu selanjutnya kami hanya memakai bis. Sedang kereta/tube beli secara terpisah. (Lihat posting sebelumnya : Kemping Kok di London )


Sesampai di BL tampak dari luar ah ....ngg suka arsitekturnya. Mungkin karena ngg terlalu berkarakter seperti bangunan lama. Dulu BL menjadi satu dengan British Museum sebelum renovasi besar2an oleh arsitek Sir Norman Foster hingga koleksi bukunya dipindah di tempat baru. Ada empat lantai dengan lounge yang lega. Dari pintu depan terlihat tempat duduk dimana-mana juga komputer untuk akses katalog. Di sebelah kiri adalah tempat untuk eksibisi dan shop.

Saya langsung menuju ke lantai ground untuk mendaftar. Disana saya menjelaskan tentang form pendaftaran yang belum ada balesan. Terpaksa saya bikin lamaran lagi dengan komputer berderet. Setelah ndaptar saya disuruh nunggu dipanggil sesuai no pendaftaran di komputer tadi. Tak lama saya dipanggil, seorang wanita muda sedikit gede dan cheerful menyapa. Ah seneng juga diajak ngobrol dengan riang. Intinya semacam inteview dan sedikit penjelasan tentang BL. Ruangan mana yang boleh diakses dengan kamera, dimana letak locker menitipkan barang. Dia memberi peta dan kartu anggota. Karena saya ngelamar sebagai pribadi (bukan researcher) saya hanya dapet 1 bulan. Tak apalah yang penting bisa masuk hari itu dan gratis lagi.

Saya mengagumi King's Library sebuah chamber dari gelas tahan api berisi buku2 yang jarang dan kuno. Chamber ini dari lantai satu hingga menyentuh lantai empat, terlihat transparan di kejauhan. Jadi semacam display buku yang begitu dijaga suhu dan kelembabannya. WOW ! Luarbiasa ! Chamber ini dirancang tahan api sehingga koleksi buku disana tidak akan musnah jika Library mengalami kebakaran.

Setelah itu saya naik satu lantai menuju 1st floor untuk menyimpan tas. Di BL ketika menuju ruang baca (Reading Room) hanya diperbolehkan membawa kertas, pensil (bukan pena) dan laptop. Ngg boleh bawa kamera kecuali tempat2 umum seperti ruang lounge, eksibisi, shop dan cafe. Saya dianjurkan ke bagian Science di lantai empat tapi saya milih ke ruang baca Asia Pasific and Africa Collection yang hanya berseberangan. Niat saya adalah mencari koleksi Indonesia. Ah ya....masuk ke ruang tak seberapa besar namun disini lengkap dengan berderet tempat duduk dengan lampu dan sandaran buku sendiri-sendiri. Wow....sekitar 10 orang dengan laptop sibuk mengamati dokumen berusia ratusan tahun di bawah lampu temaram.

Saya membantu rekan saya yang mencari dokumen tentang ekspedisi tentara Inggris di India. Daftar dokumen bisa diakses online dan dia hanya meminta nomor2 tertentu. Beberapa disimpan dalam slide film, sebagian dalam catatan dari kapten kapal di tahun 1700an. Dokumen itu berupa daftar panjang dalam bentuk buku yang diminta di bagian desk, kemudian menunggu diambilkan.

Dokumen itu akhirnya bisa diambil dan dibuka disimpan dalam kotak tebal untuk menjaga keutuhannya. Wahhh saya gemetar bisa megang dokumen begitu tua dan dalam kondisi baik. Terlihat serpihan sana sini tapi masih bisa terbaca dengan jelas. Kami mencari sebuah nama atau surat kematian seseorang. Tak ketemu...lagi2 meminta dokumen lain.


Puas mencari dokumen saya turun lagi ke lantai ground menuju ruang eksibisi. Oh ternyata lagi ada pameran Front Page : Celebrating 100 Years British Newspaper 1906 -2006. Tema Front Page sendiri sangat menarik karena menampilkan halaman depan suratkabar Inggris yang mempunyai nilai sejarah. Yang menarik adalah konsep interaktif newsroom. Disini ada ruangan dibuat seolah berada di kantor sebuah suratkabar terkemuka di inggris. Di deretan meja tersedia komputer yang berisi panduan untuk menjajal membuat halaman depan. Dari mulai menerima berita, menentukan mana yang layak, menentukan headlines, rapat redaksi, desain hingga ke cetak. Tak jauh dari situ terdapat ruang produksi berisi tiga buah plotter besar untuk mencetak.

Saya nyoba dua kali. Pertama sebagai reporter The Guardian -favorite koran saya, trus mencoba the Sun -koran tabloid yang terkenal dengan gossip dan berita bombastis seperti Pos Kota di Indonesia. Seru juga..karena dibatasi waktu terutama untuk menentukan pilihan dan harus tunduk pada tenggat waktu.

Ah saya kemudian pulang membawa oleh2 dua frontpage hasil bikinan sendiri. Pengalaman pertama di BL sungguh mengesankan.

Comments