Onroad Vietnam 6 : Hue dan Tour de Beach



Kami tiba di Hue pukul 9pagi. Tadinya kami mau main taktik ngibulin penjaga kereta/ Pura-pura ketiduran pas melewati Hue. Tapi petugas lumayan ketat, tiket kami diambil dan diperiksa. Baru kemudian diberikan ketika kami akan turun plus membangunkan kami. Yah nasib...

Pertimbangan kami adalah waktu. Kalau kami terdampar di Hue satu hari saja,
konsekuensinya ngga ada waktu ngider di Saigon. Lantas kami bergegas mencari loket penjualan tiket bagian Booking and Waiting Room tak jauh dari peron. Alhamdulillah ada euy... tapi ini kereta rakyat bukannya klas super duper kencang seperti Reunification Express. Tak apalah wong dapet tiket aja wes lumayan. Kabar gembira lainnya kami dapet bed di satu2nya compartement bertempat tidur. Hebaattttt... tapi kabar buruknya kami harus berjejalan dengan 8 orang di kasur bawah. Hmm...

Kami cari penitipan ransel di seputaran stasiun. Seorang bapak mengantar kami ke Pho Café tepat di seberang peron berdekatan parkiran taksi. Sebuah warung makan/minum juga penitipan ransel dengan tarip 52,000vnd (for two) hanya untuk beberapa jam sampai kereta kami pukul 3.30pm. Di warung ini saya bisa menikmati kopi maha kental Vietnam (cha pe sua).


Porsi per pax hanyalah segelas kecil saja seharga 6,000vnd. Pertama akan disuguhi gelas dengan tambahan semacam aluminium diatasnya (tingginya separoh gelas), sebuah teko berisi air panas, juga pengaduk. Gelas saji sudah diberi susu kental manis dengan porsi yang bikin nekss. Didalam gelas aluminium tadi adalah kopi murni hasil pengolahan (fresh ground coffe) dengan air panas. Oke tunggu sampai tetesan hasil seduhan kopi turun ke gelas berisi susu. Kalau mau nambah air panas tinggal tuang ke aluminium tadi. Jangan tergoda mengaduk ketika kopi seduhan belum turun. Tunggu setetes demi setetes hingga 5 menit kemudian cha pe sua telah siap dinikmati.

Dalam beberapa detik setelah menikmati kopi ini ada sensasi wekssss antara nek dan ketagihan. Manis susu, kental kopi dan dijamin ngga bakal tidur semalaman. Saya harus segera minum air putih dua gelas untuk menetralisir sebelum detak jantung saya makin kencang (ini efek bagi orang berdarah rendah seperti saya).

Kami memutuskan berkeliling Hue dengan taksi. Si sopir mengantar ke Mausoleum of Minh Mang yang letaknya agak diluar kota. Minh Mang adalah dinasti kedua Nguyen yang lebih menyukai seni ketimbang mengurus kerajaan. Letaknya yang diluar kota memberi kesempatan kami untuk menengok kehidupan pedesaan Hue dan kehidupan nelayan seputar Perfume River. Sisa hari hami habiskan ke Citadel dengan Imperial City. Konsep bangunan kerajaan mengingatkan saya pada Yogyakarta dengan plengkung Gading dan pojok benteng. Citadel adalah sebuah wilayah kerajaan yang dibatasi dengan dinding benteng, Istananya mengikuti konsep Forbidden City di China yang menggunakan sumbu utara dan selatan.


Puas berkeliling kami mengejar kereta. Benar saja kereta kami adalah versi rakyat dengan symbol TN15. Berbondong-bondong beberapa orang saling berebutan naik. Meski sudah mendapat tiket dengan nomor tertera, ada saja yang berusaha mendapat tempat di compartment kami. Meski hanya 4 bed, tapi ternyata peraturan kereta rakyat ini menyebut bahwa 1 bed untuk 4 orang !! Beberapa orang dengan penuh selidik menanyakan 'anomali' yang terjadi pada kami, hingga sang kondektur harus menjelaskan.

Tour de Beach atau tepatnya Hue-Saigon rute ini mengasyikkan. View pesisir dan perkebunan anggur di sepanjang jalan enak dinikmati. Ruas kereta ini hampir pararel dengan jalan utama, jadi kami berbarengan dengan angkutan bis dengan rute yang sama. Bis klas rakyat biasanya ngg AC dengan muatan yang agak berlebihan. Di bagian atap bis berjejer sepeda motor yang ditali seadanya. Yang saya ngg tahan adalah kebisingan klakson. Sopir2 disana mungkin melebihi reputasi pengemudi taksi India dalam masalah membunyikan klakson.


Next : Saigon beserta summary untuk transportasi dan akomodasi

Comments