Menguji Foto Mayangsari

Sesaat setelah beredar foto mesra mirip Mayangsari dengan kekasihnya, muncul tanggapan tak kalah seru. Seperti biasa sang pengamat telematika memberikan hasil pengamatannya. Di saat bersamaan, saya penasaran dengan foto2 itu. Bedanya kali ini saya ingin melangkah lebih jauh. Ada beberapa pertanyaan krusial yang diajukan

1. Apakah foto2 itu asli atau hasil rekayasa ?
2. Apakah foto diambil dengan kamera film konvensional atau digital?
3. Jika dengan digital lantas kamera apa yang digunakan ? pocket digital, SLR digital atau mobile phone?
4. Bisakah menentukan jenis dan macam kamera digital yang digunakan?

Saya menghabiskan waktu beberapa jam untuk melihat dari dekat foto2 tersebut. Ada 8 foto yang sampai ke inbox. Satu foto dengan posisi potrait dan sisanya landscape. Foto dengan posisi potrait nampaknya diambil dari ruangan yang berbeda ditilik dari furniture dan pattern dari karpet. Ke tujuh foto seri lainnya diambil di satu ruangan dengan salah satunya foto yang saya pilih untuk diamati. Adalah pose Mayangsari bergaya sendirian karena meninggalkan banyak jejak yang bisa ditelusuri.

Menjawab pertanyaan2 diatas akhirnya saya berkesimpulan :
1. foto2 itu adalah asli. Benar yang dikatakan ahli kita di kolom hot bahwa :
Dilihat dari foto-fotonya, saya bisa bilang kalau di antara foto-foto tersebut, praktis belum ada sentuhan teknis atau sentuhan rekayasa

Sedang keterangan Heru Sutadi yang mengatakan :
Jika gambar tersebut hasil 'kerajinan tangan', diperlukan aktivitas tersendiri untuk menyesuaikan semua posisi perempuan dalam foto tersebut, termasuk ke konsistenan struktur tubuh dan pakaian.


Dengan memblow hingga terlihat tingkatan pixelnya, saya bisa melihat betapa foto2 itu mengalami badly compressed. Dari pola sandaran kursi dan warna bajunya terlihat membentuk "bloc pixel" sebesar 16x16sq. Bloc ini juga mencerminkan apakah foto hasil rekayasa dari tingkatan optic pixel. Ini terlihat dari kemampuan sensor untuk menangkap warna object. Dengan 16x16 pixel sq dengan konsistensi warna saya dengan yakin menyatakan foto2 itu adalah asli.

2. Lantas apakah diambil dengan film kamera dan discanning seperti yang diduga ? Saya mengatakan kemungkinannya adalah kecil. Jejak di foto menunjukkan letak flash adalah disebelah kanan lensa dalam posisi yang selevel.Terlihat dari shadow Mayangsari sejajar dengan baju (lihat ujung lengan kanannya). Sedang pada film kamera letak flash secara geometris selalu berada diatas lensa. Scanning hanya sedikit menjelaskan kenapa foto bisa tersebar luas. Karena processing film dan scanning biasanya melibatkan orang lain yang bisa saja melihat potensi foto untuk disebarluaskan untuk kepentingan sendiri atau khalayak.

Bukti lainnya adalah image ratio untuk film kamera adalah selalu 4:3 sedang digital adalah 3:2 (untuk poket) dan 4:3 (untuk SLR). Foto tersebut menunjukkan ukuran 600x450 yang konsisten menunjukkan ratio digital kamera. Jadi kemungkinan film kamera sangat kecil walau image ratio ini bisa saja dirubah. Satu hal lagi adalah nampak foto ini adalah hasil resized namun tidak mengalami cropping, jadi aspek ratio tetap bisa dijadikan bukti. Juga menjelaskan hilangnya metadata (EXIF) yang melekat di gambar digital. Foto yang diresized otomatis kehilangan data2 ini, jadi bukannya karena dihapus atau scanning seperti yang diduga ahli kita itu.

3. Oke jadi foto itu diambil dengan kamera digital tapi apakah dengan kamera poket, SLR atau VGA di mobilephone. Foto2 series menunjukkan kemampuan flash kamera yang bagus -sesuatu yang jarang dipunyai di mobilephone. "Guide number" atau tingkatan kemampuan flash terlalu powerful untuk kamera di mobilephone terkini sekalipun. Jika dengan SLR, kembali ke alasan geometris flash tadi : kamera digital SLR hampir selalu berada diatas lensa dalam posisi vertikal. Foto juga menunjukkan kemampuan metering dan auto focus yang diatas rata-rata. Juga adanya red eye reduction yang sempurna memastikan bahwa kamera yang digunakan bukanlah kamera mobilephone.

Foto series juga menunjukkan Mayangsari menggunakan tangannya untuk menekan shutter. Jadi kamera haruslah cukup ringan untuk dipegang oleh satu tangan seorang gadis untuk memotret dirinya. Digital SLR saat ini cenderung beratnya diatas 500gr (Nikon D70 dan Nikon D50) dan butuh kontrol penuh untuk focus dan framing. Jadi poket camera digital adalah jawabnya.

4. Dari pertanyaan2 diatas inilah yang paling menantang : bisa ngga menentukan kamera apa yang dipakai?
Jawabnya mungkin bisa. Dari foto Mayang yang sendirian terlihat pantulan flash di jendela dibelakangnya. Nampak posisi flash adalah sejajar dengan mulutnya atau lebih rendah dari eye position. Asumsi saya : kekasihnya lebih tinggi darinya dan dengan LCD monitor ia mem-framing foto tsb. Katakanlah tinggi Mayang sekitar saya (158cm) dan jarak dari lantai ke mulut adalah 145cm. Dari posisi sofa saya memperkirakan tingginya adalah 85cm (standard sandaran). Dari lengan baju (spt yang dijelaskan diatas) saya menghitung ratio jarak antara kamera dengan Mayang dan Mayang dengan tembok/jendela. Beruntung sekali posisi kamera dengan jendela adalah perpendicular dari shadow yang tidak keatas atau kebawah (nyaris dead end vertical).

Dari foto itu saya menghitung besaran pixel dengan panjang nyata dari socket listrik di tembok kanan samping. Terlihat adalah dobel socket yang panjang standard adalah 18cm. di layar monitor saya ini diwakili sekitar 25-26pix. Jadi kamera yang dicari adalah mempunyai jarak flash dan lensa yang mewakili ratio tsb.

Dari DPReview yang memuat data2 teknis kamera saya mencoba mencari kamera digital poket dengan spesifikasi seperti itu. Ketentuan lainnya adalah kamera ini harus mempunyai nilai komersial yang tinggi karena asumsi saya, Mayang tentu memilih kamera yang paling beken dan gampang operasinya. Menariknya beberapa foto menunjukkan nampak tangan dan jarinya terlihat ketika sedang mengambil foto. Jadi letak lensa harus cukup menyulitkan dan tentu jangkauan jemari untuk memencet shutter. Akhirnya saya melirik beberapa kamera seperti Sony dan Casio. Dari beberapa kemungkinan nampaknya jenis Exilim Casio-lah yang paling memenuhi syarat. Kecurigaan saya jatuh pada Exilim EX-S3. Saya sempat kembali menguji ukuran pixel jika diresized. Ukuran pixel kamera ini menunjukkan jika kita merubah ke ukuran lebar 600pix otomatis untuk menjaga ratio tingginya menjadi 450.

Kalaupun saya salah, yah mungkin bisa dirujuk kamera2 dengan spesifikasi seperti diatas. Namanya juga spekulasi....

Comments

Anonymous said…
Sebuah analisa dan kajian yang sangat bagus Mbak Ambar. Mungkin si 'pengamat telematika' perlu meniru cara kerja yang Mbak Ambar lakukan sebelum mengeluarkan pernyataan terhadap sesuatu.

Terlepas dari asli atau tidaknya foto-foto tersebut, fenomena seperti ini perlu memperoleh perhatian khusus dari kita semua.
Anonymous said…
analisa yang bagus.. top..top..

--budiw
Anonymous said…
Duh, kenapa sih begini aja diributkan?

Apa salah mereka membuat foto?

Kenapa dibahas?

Tidak ada hal lain yang pantas dibahas kah?

Analisa ini bagus dari sudut mana? Kebanyakan asumsi.

obyektif
ambaradventure said…
Mr/Mrs Obyektif : Alasan saya yang utama membuat analisa ini adalah alternatif teknis dari para "ahli telematika" itu. Tidak ada yang salah membuat foto seperti itu. Bagi saya ini menarik secara keilmuan. Saya mencoba tidak menyentuh hal selain masalah teknis photography.
Anonymous said…
analisisnya bagus dan membuat orang jadi melek gak asal sekedar jeplak aja
cavinus said…
Ambar...thanks dah dah lihat blognya Julia. Julia mau ke Singapore bulan Feb. berangkat dr Frankfurt tgl 17.02, sampai Singapore tgl 18.02 sore. Boleh mampir mbak?? Julia ada di Singapore 1 minggu trus ke Manado dan ke Jawa.Sebelum pulang bulan Maret Julia mampir Singapore lagi 4 harian.Dan trus balik lewat Taipei( tinggal di sana semalem) trus ke Frankfuhrt lagi.Boleh yaaaa mampirrrrr
Anonymous said…
analisa yang menarik.
saya masukan ke blog saya yah ..
Tina said…
Ambar: Foto yang diresized otomatis kehilangan data2 ini, jadi bukannya karena dihapus atau scanning seperti yang diduga ahli kita itu...

Tina: Aku koreksi dikit, Ambar. Foto yang diresize tidak otomatis menghilangkan data EXIF. Coba resize foto menggunakan ifvanview, kita masih bisa melihat data EXIF. Data EXIF bisa hilang kalau memang kita mendeletenya atau kita melakukan manipulasi foto dengan bantuan psp atau lainnya.
Sunny said…
WOW. Serasa sedang nonton CSI.

Salam kenal ya, Mbak Ambar... :)
Anonymous said…
bedanya "pakar" sama pakar ;)
Priyadi said…
setuju dengan tina. utilitas 'convert' dari ImageMagick juga tidak menghilangkan data EXIF ketika dipakai dipakai untuk meresize image.
ambaradventure said…
Tina dan Priyadi
Anda benar bahwa beberapa software bisa memanipulasi EXIF. Untuk PS CS2 bahkan bisa merubah data hingga jenis kamera dsb. Tapi penghapusan ini (in case Mayangsari) juga bukan berarti disengaja. Bisa saja hanya kebetulan. Dilihat dari pola resized yang tidak wajar.
Anonymous said…
Mr/Mrs Obyektif.. anda memang ada benarnya ..ngapain yang begini2 aja diributkan?.. Tapi supaya tidak diributkan, kalau jadi public figure ya jangan mancing orang lain untuk meributkannya.. ya kan?

Jadi buat saya, Ambar tidak salah, jika ikut menganalisanya dari segi keilmuan yang dimilikinya, karena memang sudah banyak masyarakat membicarakannya.

Jadi pesan saya buat Mr/Mrs. Obyektif, kalau nggak mau diributin, jangan mancing keributan.

BRAVO buat Ambar.
Anonymous said…
wah...wah....
salut analisisnya, detail banget..:)
Anonymous said…
ck ck ck... nggak kepikiran euy ngeliat dari sisi ini. Selama ini saya cuma memblow up gambar untuk melihat apakah itu hasil penggabungan atau ndak.. saluutt.. saluuutt..
Anonymous said…
Wah, analisanya mantap :)
Anonymous said…
bagus analisnya, memang buat org awam seperti saya hanya bisa liat ajah kejanggalan ato tidaknya kalo suatu poto itu direkayasa ato tidak. n sejak pertama liat poto2 itu *sebagai org awam* dah yakin banged kalo itu poto tanpa rekayasa. hanya saja sekarang di media ditulis kalo itu orang yang kebetulan mirip aja. kalo dah gitu itu c urusan masing2 deh. qta penonton ga ikutan...tanggung jawab mereka yang buat poto aja ama yang di atas.
Anonymous said…
ck..ck..ck analisanya lebih berbobot ketimbang si 'pengamat telematika' itu. Bagaimana untuk membuktikan kebenarannya kita tanya langsung Mayang atawa om mBangBang ?
Anonymous said…
Bravo Jeng Ambar
Memang sebaiknya "seorang pengamat" yang baik tentunya harus mempertanggung jawabkan secara ilmiyah "TIDAK ASAL JEPLAK"
Jadi masyarakat bisa menerima informasi itu tidak asal-asalan.
Thank's Jeng Ambar.
Anonymous said…
Mang paling enak jadi pengamat, semua ucapannya kan "selalu betu" anggapnya sendiri...........................
Sudahlah..... biar Mayang ato Om mBamBang yang ngejawab "ga perlu analisa",
masyarakat ga usah repot ngurusin gituan, itu mah prifasi orang bo'
Untuk para "pakar" ato apalah namanya, beri masyarkat informasi/analisa yang ga menimbulkan fitnah.
Anonymous said…
tolong dong, siapa aja. kirim foto2 mayangsari yang heboh ini ke email ku. A penggemarnya, tapi ko ktinggalan berita yah!
Anonymous said…
Maaf lupanulus emailnya ;-) alifa_n@hotmail.com A tunggu ya mba ambar dan kawan2 thank sebelunya!