Sarawak Borneo May 2005 JB - Miri


Bridge into camp 5


Ini adalah perjalanan yang tak terlupakan. Dari berdesakan antre dengan ribuan orang di Johor Baru/JB checking points hingga berjuang di belantara Borneo melawan ganasnya pacet. Dan yang paling berkesan adalah menulusuri gua2 di Serawak dan mendaki the Pinacles yang terkenal itu. Lebih serunya lagi adalah bertemu sesama trekker bergelar Miss Lucu asal Swiss dan seorang british yang selalu berdendang lagu “Begadang”-nya Rhoma. Mencoba hitchhiker di trans Miri-Bintulu, atau nyewa mobil yang selalu berbunyi “ting-ting-ting’ kalo lajunya lebih dari 100km/jam. Dan yang menciutkan adalah tidak menyalakan hape dan email selama trekking. Duh mana tahan……

Day 1 Sat 22/05/05 Singapore-JB-Miri

Sengaja berangkat pagi untuk menghindari ramenya lalulintas. Dengan taksi kami menuju Arab St tempat mangkalnya bis menuju JB. Dengan tarip SGD2.40 per orang aku duduk manis dibelakang. Maklum dengan rucksack segini paling tidak makan dua tempat. Masih mending ngga dicharge tambahan. Tak lama kemudian bis melaju nyaman…

Untuk melewati dua immigration control (ngga nggabung), kita kudu turun bis, jalan plus scanning rucksack. Padahal jarak keduanya ngga ada 500m. Hari ini Sabtu dan sekitar pukul 10an sudah berderet bis, mobil dan motor yang akan menyeberang. Gate pertama adalah Singapore. Sangat efisien dengan gedung megah ber AC. Selanjutnya dengan naik bus (lagi) menuju pintu imigrasi Malaysia. Celakanya aku lupa klo Senin adalah bank Holiday Vesak . Surprised dengan kondisi ini, mau tidak mau harus segera antre di ruangan yang sebesar kantor kecamatan itu. Sebuah kontradiksi yang langsung terasa. Malaysia agaknya perlu diingatkan bahwa JB adalah pintu masuk menuju kemana saja setelah dibukanya era budget flight. Ngga ada tanda yang jelas dan ngga ada jalur antre yang rapi. Betul-betul chaos.

Aku sempat mulai panik ketika antrian mendekati pukul 12 lebih. Flight ke Miri adalah pukul 1300, sedang aku masih tersangkut disini. Begitu melewati imigrasi, jelalatan mencari taksi. Karena ngga sempat tukar uang kami bayar supir taksi dengan SGD25 (outrages !!!). Tapi mau dibilang apa, tidak ada pilihan lain.

Sekitar 30menit (lama juga ya..), nyampe bandara JB di Senai. Kecil dan baru dirombak sana sini. Bahkan bau cetnya masih terasa. Kami terbang dengan Air asia yang punya flight ke beberapa wilayah pedalaman Malaysia. Ini pertama kali kami naik pesawat ini. Lumayan penuh, dengan pesawat B737 hampir dua pertiga penumpang penuh. Dua jam flight lumayan boring, sadar kami lupa ngga bawa buku bacaan. Ngabisin waktu sembari mengagumi pulau2 yang kami lewati. Cantik dan ideal untuk snorkeling. Perkiraan bodo-nya adalah pulau2 masuk M’sia, nyatanya setelah liat peta adalah bagian dari Indonesia. Wahh koq ngga denger promonya ya. Padahal luarbiasa cantik….

Tiba di Miri, kesan pertama adalah wow ! (jaw dropping…neee). Bandaranya gedee!!! Nanya sana sini ternyata mereka baru membangun sekitar setahun lalu untuk melengkapi status Miri menjadi city yang tepatnya tanggal 20 May lalu. So kami ketinggalan pesta perayaan dua hari sebagai syukuran atas naiknya status Miri. Kami juga (akan) ketinggalan Hari Gawai yakni pesta perayaan panen padi suku Dayak yang dimulai bulan Juni ini. Wehh serba ngga beruntung nih. Malam ini menginap di Miri karena flight ke Mulu National Park esok harinya.

To be continued (melihat gua2 di Mulu dan river boating yang romantis…)

Comments