Kutipan Penuh dan Un-bridged dari wawancara KONTAN


Catatan :
Saya taruh disini untuk bisa mendapatkan 'big picture' tentang backpacking dengan lebih balance. Soalnya ada beberapa kesalahan fatal di artikel yang ditulis di Kontan. Salah satunya adalah saya berada di Jepang. Juga foto ilustrasi dari Gus Weng ditulis photo saya . Pertanyaan mulai dari kenapa saya backpacking, apa saja yang perlu disiapkan, apakah benar backpacker cewek itu selalu rewel dan juga beberapa tips agar aman jauh dari gangguan di jalan.

Enjoy!

=======================

Tabloid KONTAN per September-October 2007


1. sejak kapan mulai jadi backpacker? sejak usia berapa? kenapa pilih rute keluar negeri? berapa lama di luar negeri? bagaimana bisa pulang ke indonesia? berapa kali setahun hobi ini dilaksanakan?

Saya mulai backpacker sekitar awal 2000an ketika merantau ke Inggris untuk sekolah lagi. Waktu itu usia saya kira2 akhir 20an. Rute luar negeri saya pilih karena waktu itu Eropa sedang booming budget flight. Pas banget untuk kantong cekak klas pelajar macam saya. Ini juga membuka saya untuk jelajah sendiri di negara2 lain yang bertetangga. Alasan lainnya karena lebih independen. Saya enggak tergantung kawan lain, memilih sendiri destinasi, nyari penginapan dan melihat tempat2 menarik. DI Eropa pola backpacking ini udah bukan hal yang baru lagi, malah dianggap biasa saja. Dengan infrastruktur (alat trasnportasi, internet ) yang mudah saya bisa organisir sendiri tanpa perlu melibatkan travel agent.

Pulang ke Indo (untuk skala waktu sekarang) bisa lebih sering karena dua tahun terakhir saya tinggal di Singapura. Tergantung dengan kondisi dan juga biasanya jadwal dengan lokasi saya yang pindah2. Bisa 2X atau 3X setahun. Tapi jarang lebih dari itu.

Kalau kegiatan backpacking di Indonesia bergantung dengan berapa lama saya tinggal. Saya lebih suka tidak planning dan mengunjungi pedesaan sekitar saja. Misalnya lereng Merapi ataupun di Gunungkidul. Kalau jauh misalnya lintas pulau harus diplanning -lah dulu dan kadang saya kehilangan spontanitas karena itu.

2. apa asyiknya punya hobi seperti ini? pengalaman seru apa yang paling membekas di hati? negara mana yang paling menantang dijadikan ajang backpacking?

Backpacking itu adalah independen, freedom untuk menentukan pilihan. Ngga ada jadwal tertentu yang harus kita ikutin seperti kalau nebeng tur misalnya. Jika ikut tur, terdapat batasan waktu dan tempat membuat tidak nyaman. Suatu saat kita pengen menghabiskan ekstra waktu disebuah tempat, eh ternyata sudah dipanggil-panggil gabung dengan grup tur lagi untuk mengunjungi tempat lain. Jadi kebebasan itu yang sangat utama.

Pengalaman yang paling membekas mungkin adalah ketika berada di perbatasan Thailand, menghabiskan malam sambil bercerita dengan penduduk lokal. Ceritanya bisa dibaca disini : Christmas With Pom
http://ambarbriastuti.blogspot.com/2005/12/onroad-indochina-1-christmas-with-pom.html

Negara yang paling menantang untuk backpacking saya kira sebenarnya adalah Indonesia. Aneh ya? tapi itulah karena sangat sedikit tersedia informasi tentang Indonesia. Sayapun bisa mendapatkan referensi kebanyakan dari luar negeri yang menunjukkan tempat2 menarik dan eksotik berikut penginapan murah. Indonesia juga mempunyai permasalahan transportasi karena enggak ada jadwal yang bisa kita ikuti. Masalah tarip juga sangat menantang karena bisa berubah kapan saja, terutama jika menyangkut pihak ketiga (travel agent, calo). Indonesia mempunyai puluhan ribu pulau2 cantik yang siap dinikmati, dijelajahi dan dikembangkan sebagai eco-tourism.

3. kalau mau memulai hobi ini, apalagi untuk rute keluar negeri, apa saja yang perlu dipersiapkan? juga untuk uang dan perbekalan? misalnya saja nggak jauh-jauh: ke malaysia, apa saja tipsnya? apakah harus tergabung dalam komunitas tertentu?


Kalau mau memulai, sebenarnya pengalaman backpacking dalam negeri itu cukup membantu. Terutama masalah basic seperti membaca peta, mengenal tradisi setempat, membaca situasi dll. Backpacking dalam negeri juga memberikan pelatihan yang cukup sebagai bekal menjelajah terutama sisi confidence (kepercayaan diri), independen (membuat keputusan), dan survival (bertahan hidup).

Saya kira persiapan yang utama adalah informasi terutama destinasi, travel paper work (pasport, visa, fiskal) dan persiapan survival. Survey transportasi mana yang lebih fleksibel plus alternatifnya (plan A, B, C..), survey penginapan dan juga apa yang mau dilakukan disana. Bikin itinerary sendiri, bila perlu contek itinerary dari travel tur tapi disesuaikan dengan kemampuan kita. Sisi planning ini mengambil peran penting terutama bagi first timer. Jika sudah terbiasa, terkadang spontanitas lebih diutamakan.

Uang dan perbekalan saya kira esential tapi tidak menentukan sekali. Uang saat ini bisa berupa cash dan plastik (debit dan credit card) jadi enggak masalah. Masalah berapa uang yang kita habiskan bergantung kepada bagaimana kita menghabiskannya. Kalau spending untuk beli oleh2 yah bakalan lebih banyak habis sebelum kita selesai travel. Backpacking adalah menikmati travelling dengan cara yang beda.
Bergabung di komunitas itu sangat membantu jika kita membutuhkan informasi, kawan jalan atau menanyakan kondisi terakhir negara yang kita tuju. Komunitas Indobackpacker bersifat terbuka, artinya tidak membuat membernya harus terikat dengan kegiatan internal. Member bisa keluar dan masuk kapan saja bergantung pada tingkat kebutuhan dan kemauan untuk terus berada dalam komunitas. Itulah yang membedakan IBP dengan milis lain. Milis IBP lebih bersifat gerakan persuasif moral ke member dan membantu newbie untuk menekuni hobi baru ini.

4. apa susahnya hobi seperti ini? bagaimana kalau kita tidak menguasai bahasa asing negara setempat? bagaimanakalau negara setempat itu rasis terhadap orang luar? atau kalau kita dicurigai sebagai 'gembel'?

Susah enggaknya bergantung dari kemauan kita. Setiap hal yang baru selalu susah di awal, banyak kesalahan, frustasi, mengeluh. Tapi begitu kita jalani pasti akan ada jalan. Menurut saya yah itu tantangan backpacking. Independen dan kebebasan juga keingin tahuan. Memuaskan berpetualang. Merasakan diantara 'orang biasa' .

Bahasa setempat bukan sesuatu yang harus. Wisatawan Jepang yang ngga bisa bahasa inggris dan bahasa Indonesia bisa keliling Asia dengan selamat. Itu bergantung dari teknik survival. Hal yang harus diperhatikan adalah jangan membuat prejudice tentang apapun di negara yang kita tuju. Jangan membuat ekpektasi berlebihan. Terima saja kondisi di negara tersebut. Toilet bau, makanan payah, orang2 cuek atau rasis menurut saya adalah dinamika dari backpacking itu sendiri.

Saya enggak pernah merasa terendahkan jika dianggap gembel atau rasis. Itu salah mereka bukan saya. Mereka-lah yang berpikir bahwa orang jalan seperti saya dengan ransel, sandal jepitan dianggap ngga punya duit. Mereka yang menganggap saya orang udik karena kelihatan berkulit coklat bertampang pembantu. I don't care. Kenapa kita susah2 mikirin itu. Saya selalu ambil sisi lucunya dari itu. Malah membuat saya makin dewasa dan bijak.

5. bagaimana kita bisa merangkum semua yang kita butuhkan hanya dalam satu ransel? apa tips untuk hal itu apalagi untuk cewek?

Tergantung pada setiap individu. Apakah hair dryer perlu dibawa? apakah semua perhiasan harus dikantongi? Yah kembali ke basic kebutuhan. Apa saja yang 'perlu' dan tidak. Yang pasti ini daftar barang saya :

  • baju (baju dalam), secukupnya bila perlu sekali pakai
  • buku
  • uang (cash dan plastik)
  • hape (untuk emergency call)
  • obat2 pribadi
  • surat2 penting (paspor, visa, fiskal)
  • Alat2 kemping kalau melibatkan kegiatan outdoor
Tipsnya : bare to the basic. Ngga rewel, ngga manja dan belajar mencari substitusi.

6. kalau punya hobi ini, apakah hanya anak muda saja yang bisa karena masih punya banyak waktu luang? kalau sudah tua dikit nggak bisa ya? karena sudah punya anak/istri/suami? (kalau sudah bersuami, apkah dapat dukungan suami?)

wah saya malah mulai backpacking karena rindu kebebasan seperti jaman mudah dulu. Kebetulan ketika SMA saya mendapat teknik survival dan alam bebas dari Pecinta Alam sekolah. Ketika udah kerja dan sekolah lagi, keinginan itu malah datang lagi. Saya kira setiap orang bisa tanpa melihat faktor usia dan gender. Kebanyakan kawan2 moderator dan owner malahan udah beristri/bersuami dan punya anak. Mereka tetep semangat jalan dan menjadikan hobi ini sebagai passion. Sayapun walau sudah bersuami tetep bisa jalan baik sendiri atau dengan suami. Itu kembali ke masing2 apakah passion itu juga dipunyai pasangan kita.

7. harapan mau backpacking ke mana yang belum tercapai? kenapa pilih tempat itu?

Waduh banyak banget yang ingin saya tempuhi. Salah satunya adalah New Zealand (insayallah bulan Desember ini) karena kami hobi trekking dan walking juga kegiatan outdoor. Saya juga mimpi pengen melintasi negara Asia dengan kereta (lewat darat) melalui Trans Mongolia menuju daratan Eropa lewat Rusia. Jelajah ini sangat klasik karena sudah dilakukan pengelana sejak dahulu melalui jalan sutra menghubungkan Eropa dengan Asia. Jalur ini sudah ada ribuan tahun silam sebelum adanya jalur transportasi kereta dan udara.

8. apakah backpacker cewek lebih ribet ketimbang backpacker cowok? apakah sebaiknya hobi ini hanya untuk cowok saja mengingat resikonya bila dikerjakan cewek?

Enggak tuh, tergantung kepada kepribadiannya masing2. Saya pernah bertemu dengan cowok tapi rewelnya minta ampun, tapi saya pernah jalan dengan cewek yang enak banget. Ngga mengeluh, juga mampu mengatasi masalah dengan cepat. Cowok atau cewek bukan masalah jika menyangkut hobi. Tingkat resiko ini juga sama, bukan hanya cewek saja. Kembali lagi saya tekankan bahwa backpacking itu bukan masalah gender. Itu masalah 'will' atau keinginan/kemauan. Jika kita berpikir bisa pasti bisa.

Ada tempat2 di dunia ini yang memang kurang bersahabat untuk perempuan jalan sendiri. Tapi sebagai cewek yang penting adalah mempelajari kultur setempat. Bolehkah memakai rok pendek, baju renang, bahkan jalan sendiri di malam hari. Biasanya karena faktor keamanan ini, backpacker cewek berusaha mencari partner sejalan untuk sekedar menemani. Entah itu ketemu di kota tertentu atau melalui forum online. Jadi pengetahuan dasar tentang kultur, budaya dan agama di negara yang kita tuju penting sekali untuk memberikan background bagaimana kita menyikapi disana.

9. negara mana yang paling menakutkan untuk dijelajahi? mengapa?

Menakutkan mungkin negara yang masih sektarian. Maksudnya negara2 yang masih memandang cewek jalan sendiri itu enggak pantas. Itu termasuk Indonesia loh. Banyak sekali keluhan backpacker asing cewek terhadap Indonesia yang sering dicehkan di jalan (misalnya disuitin, dicolek atau dikerjain). Keluhan mereka ini biasanya disampaikan di forum2 backpacker dunia seperti Lonely Planet dan Rough Guide Igo Ugo.

Nah sekarang bayangin sendiri kalau kita dibegitukan di negara asing. Misalnya Malaysia. Wah bisa2 marah tuh seluruh rakyat kita. Saya sendiri jarang memandang negara itu berbahaya atau tidak. Semua bergantung pada kita si pejalan itu sendiri. Negara yang menakutkan lainnya adalah negara yang dalam situasi konflik, baik perang suku, perang sipil ataupun konflik kultural lainnya. Sebaiknya negara2 itu dihindari ataupun enggak usah dijelajahi sementara ini.

Bahaya itu bisa datang dari mana saja termasuk di negara yang aman sekalipun. Untuk menjadi backpacker, jangan beranjak dari ketakutan tapi berpikir positif dan menghilangkan prejudice terhadap tempat (atau negara sekalipun). Ketakutan semacam kejahatan atau racism hanya membuat kita gamang untuk melangkahkan kaki keluar rumah. Kedua hal itu bisa saja terjadi di sekitar kita. Ngga perlu jauh-jauh keluar negeri segala.

10. pengalaman paling tidak mengenakkan selama jadi backpacker apa?

Paling ngga enak adalah ditipu oleh orang Indonesia. Sedih rasanya. Kenapa sesama Indonesia memperlakukan sodara-nya seperti itu. Saya enggak pernah mengingat pengalaman buruk. Bagi saya pengalamn buruk itu adalah bagian dari dinamika backpacking itu sendiri. Backpacking dengan sangat mulus malah kurang berkesan rasanya. Kesulitan cari tiket, enggak bisa bahasa setempat, tersesat, ditipu orang, dimarahin orang itu biasa aja. Kita malah jadi kenal karakter dan kebudayaan setempat. Makanya membaca pengetahuan tentang negara yang akan kita kunjungi akan sangat membantu untuk survive disana.

Aturan seperti jangan memakai baju terlalu seronok di depan umum misalnya harus kita patuhi. Kalau tidak, kita akan seperti menhina nilai2 setempat. Jangan menyalahkan mereka tapi salahkan diri sendiri yang tidak peka. Ignorant (atau bersikap mengabaikan nilai2 budaya) bisa berakibat fatal.

11. hal penting apa yang sering dilupakan seorang backpacker yang fatal akibatnya?

Seperti yang saya cerita diatas, pahamilah nilai budaya setempat. Terutama daerah2 yang rawan dan masih memegang adat istiadat yang teguh. Belajar bahasa setempat juga salah satu kunci yang bisa membantu jarak kultural ini. Mungkin kita tidak sengaja melakukannya, tapi jika kita bisa menjelaskannya mungkin bisa dimaklumi.

Hal lain adalah kemampuan menjaga diri sendiri. Seperti cewek, jangan mengaharapkan orang lain, tapi percayalah pada insting perempuan. Membiasakan peka terhadap lingkungan, termasuk perlakuan orang akan sangat menolong. Jangan terlalu percaya pada bujukan, ataupun tawaran yang menggiurkan. Jangan pula memperlihatkan sebagai pejalan dengan toko berjalan. Aksesoris mahal seperti perhiasan dan alat2 elektronik jangan terlalu dipamerkan. Apalagi uang. Hal2 begini bukan saja mengundang kejahatan pada diri sendiri tapi juga mempersilakan kriminal untuk mengerjai kita.

12. bagaimana pendapat orang tua atau saudara mbak dengan hobi mbak ini? apakah mereka setuju? kalau suami?

Keluarga no problem dengan hobi ini. Dulu mungkin semasa sekolah sma dan kuliah masih diisi pesan dan nasehat. Tapi berangkat akhir kuliah dan mulai bekerja, ortu sudah mulai melepaskan. Apalagi saya sudah bisa mencukupi biaya jalan sendiri.
Suami saya penyuka jalan juga. Bahkan dari dia saya banyak sekali mendapatkan tips dan beberapa hal yang harus dipahami ketika jalan. Kami juga sering jalan bareng ke negara2 Asia yang mungkin agak jauh dari peradaban. Menjadi partner jalan yang paling menyenangkan.

13. bagaimana bisa mengatasi ketidakseragaman bahasa?

Pertama biasakan bahasa tubuh. Bahasa ini sangat universal. Setiap orang bisa mengerti bahasa tubuh seperti tersenyum dan mengangguk. Kalau dalam short term memang itu yang bisa dilakukan, tapi jika long term, belajar bahasa mereka. Walaupun sedikit akan sangat membantu terutama membangun komunikasi, menjalin keakraban. Jadi berpikir positif tentang perbedaan itu penting sekali. Jangan sampai perbedaan menjadi penghalang tapi bagaimana membuat perbedaan itu makin menarik.




Comments