TN Ujung Kulon Boat Trekking (4) : Badai pagi itu...


Karang Copong - Citerjun - Cimayang - Tamanjaya, 24 April 2006

Malam itu saya habiskan memancing di tengah laut. Dengan hanya diterangi cahaya lampu petromaks saya, Aris, Pak Efi, Charlie, Pak Karim dan sang komendan Pak Komar masing-masing memegang kail.

Sambil mengusir sepi kami bercerita tentang teknik memancing di negara2 lain. Saya ngegombal tentang memancing di kutub. Tinggal gergaji es di laut atau danau yang membeku dan pasang kail.Ikannya juga lebih manis. Juga cerita tentang macam2 perahu. Dari jauh kami bisa melihat kapal pukat dengan cahaya lampu luarbiasa terang mengambili ikan di selat Sunda. Kapal begini besar dengan mesin dan generator terpisah mampu mendapat ikan berton-ton semalam. Hikss..bandingkan dengan kami yang hanya memakai metode tradisional.


Udara sangat bersahabat, angin berdesir lirih. Tak terasa mata mulai mengantuk. Saya mengambil posisi tidur di paling ujung. Yang lainnya segera menyusul merebahkan badan. Sekitar pukul 2 pagi, angin kencang menerpa. Anehnya gelombang laut biasa-biasa saja. Hanya angin mengepak terpal yang kami pasang sebagai atap. Suaranya kenceng banget. Alhasil ngg bisa tidur lelap selama badai itu, belum lagi setengah mati saya menahan pipis.

Tak lama matahari nampak di ujung bukit membangunkan kami untuk mancing lagi. Ha ha ha memang pagi hari sebelum pukul 6 adalah pas banget mancing ketika ikan lagi lapar. Hhmm lumayan untuk makan hari ini.


Setelah hari agak siang kami segera bergerak ke Citerjun tempat sebuah air terjun mini nan cantik. Kami kudu mencari titik berlabuh karena sudah lama Pak Komar tidak mengunjungi tempat ini. Setelah puter2 kami temukan juga. Wow !!!! airnya seger banget. Saya yang hampir dua hari ngg menyentuh air jadi pengen mandi. Tapi kali ini saya memutuskan mandi di Cimayang tak jauh dari Citerjun. Weh...pokoknya menghilangkan bau ikan dan keringat. Kalau kulit yah memang saya aslinya item, tidak bisa di ganti lagi.

Pak Komar dan Pak Efi entah kemana, sedang Pak Karim menemukan harta karun : tali tambat gede banget terbenam di pasir pantai. Dengan tekun digalinya sembari mengambili beberapa pelampung yang terdampar di pulau. Tak lama kemudian Pak Efi muncul dengan sekarung sampah hasil memunguti di tepian pantai. Lumayan juga sekalian membersihkan pantai.


Agak siang kami bergerak menuju Citelang sebuah tempat pos penjagaan Badak dari RMPU (Rhino Monitoring and Protection Unit). Sekalian disana membakar ikan dan makan siang. Tumben pagi itu ada petugasnya. Jadi kami ngobrol dengannya. Saya tanya selama jagain disini (walau jarang nongol) udah berapa kali melihat sang badak. Dia mengaku dari 1998 hingga 2006 ini udah ketemu 4X. Hah ????? jarang amat. Iyah sodara2 : si badak jawa ini terkenal sensitive, jadi dengan penciumannya yang tajam bisa membaui manusia berkilo-kilo meter. Kalau mau benar2 melihat mereka maka baluri tubuh dengan lumpur. Hmm mungkin akan saya coba suatu saat nanti.

Ketika hari bergerak siang kami kembali ke kapal. Perjalanan pulang begitu bergelombang, hujan deras nampak di sekitar desa-desa. Kami juga melewati bagan -keranda ikan tradisional ditengah laut. Elang nampak mengitari lautan menunggu mangsanya. Sore hari kami kembali di Tamanjaya dengan selamat.

Comments