God cheated on me !

Ini mungkin perasaan marah pada Tuhan. Bukan karena Dia memberikan cobaan tak ada habisnya untuk bumi pertiwi, tapi karena Ia tidak memperbolehkan aku ada di lokasi untuk membantu saudara-saudara tercinta.
Musibah Gempa Aceh 2004 kudengar ketika siang hari sedang duduk menikmati teh hangat sehabis jalan di Cornwall disela dinginnya cuaca desember. Saat itu Boxing day atau sehari setelah chrismas. Dinamakan begitu karena saat itu adalah hari ketika membuka hadiah (box) yang diberikan keluarga terdekat. Seorang wanita tua bercerita bahwa ia mendengar berita di radio tentang gempa dasyat dan puluhan turis meninggal di pantai Thailand.

Aku terhenyak bukan saja karena skala gempa itu tapi lokasi-nya berada di Indonesia. Ketakutan ini kusampaikan ke ayah mertua yang seorang ahli geologi. Kami bicara tentang lempeng tektonik dan tsunami. Aku makin ketakutan. Saat itu hanya satu yang ingin kulakukan : pesan tiket pergi ke Aceh melakukan evakuasi dengan tim SAR. Lantas akal sehat mencegah bahwa bencana ini diluar kemampuanku. Aku menangis, merasa tidak berdaya.

Tuhan memang aneh, Tuhan memang penuh misteri. Tiga bulan setelah gempa kami dipindah ke Singapura. Segera aku mencari lembaga bantuan untuk menuju daerah bencana. Raleigh Society Singapura akan mengirim tim sukarelawa untuk membantu program pendidikan dan kesehatan untuk anak di Nias -sebuah pulau kecil Sumatra yang juga terkena gempa hebat. Segera aku tunjuk jari dan berangkat. Ternyata mengajar anak2 di tenda pengungsian, melihat tawa lebar mereka terasa menyejukkan.

Gempa Jogja 2006 aku dengar dari seorang kawan yang menelepon. Semalaman kami ngobrak-abrik komputer G5 yang kendor hingga baru terpasang dalam 3 hari. Maklum kami baru seminggu nyampe kembali di Inggris setelah 15 bulan terakhir hidup di Singapura. Aku tidak percaya dan sekali lagi menggeleng kepala. Tuhan....jangan lakukan ini untuk-ku.


Aku menangis ketika itu berita itu adalah nyata. Kembali hanya satu yang ingin kulakukan : pesan tiket pulang ke Jogja, bergabung dengan tim SAR, memberikan bantuan. Di negara ini aku tidak bisa berbuat apa-apa. Totally useless. Kembali aku mencari lembaga internasional untuk membantu mereka di lapangan. Beberapa membalas dengan alasan tidak mengirim volunteer ke sana. Tanpa hasil, walau akhirnya aku hanya mendukung dari jauh teman2 yang membuat dompet bantuan.

Aku pasti kembali untuk anak-anak di Jogja. Save the Children UK berjanji akan memberi kabar tentang program jangka panjang di daerah bencana terutama mengatasi pasca trauma gempa dan pendidikan dasar. Aku bersyukur Tuhan telah mengkhianati. Atau aku yang mengutuk-Nya?





Comments