Tetesan darah awal Ramadhan


Saya berada di Bali ketika bom itu terjadi. Hingga Minggu siang barulah berita itu sampai ke telinga. Ya karena sengaja 2 minggu meninggalkan atribut teknologi seperti tv, radio, internet dsb. Saya juga melihat reaksi masyarakat Bali pasca bom itu. Sehari setelah itu kami banyak menemui beberapa orang menyebarkan selebaran dan kaos bertuliskan : "Fuck Terorist".

Memahami kemarahan mereka saya bersimpati. Dua hari kemudian mereka disibukkan dengan persiapan perayaan Galungan dengan membuat penjor dan memasak masakan khas Lawar. Sebuah ironi ketika Galungan sendiri berarti kemenangan dharma atas kekuatan jahat. Pertanyaan besar menggayut : akankah kebaikan akan menang ?

Di satu sisi itulah hari dimulainya Puasa Ramadhan, bulan penuh hikmah. Tapi rasanya terlalu getir memasuki puasa dengan darah. Ya Allah...buka hati durjana yang mengaku hambamu itu.

Comments

Anonymous said…
Mangkane aku rodo ketar ketir, lha kok gak ono berita... Tak kiro semingguan aja perginya.
cikubembem said…
untungnya mbak baek2 aja ya :)
ambaradventure said…
untungnya suka jalan di desa-desa Ubud bukannya di hiruk pikuk Kuta dan Jimbaran. Alhamdulillah.....
Anonymous said…
subhanallah..mbak ambar disana? alhamduliah selamat yaa..

selamat shaum ramadhan mbak, maafkan saya lahir dan batin

kalau mau pinjem bukunya boleh kok:)

---ummi nida---