Sarawak Borneo May 2005 The Pinnacles


we made into The Pinnacles

Day 3 Mon 24/05/05 The Pinnacles (Gn Api)


Ada sekitar 4 groups yang akan mengadakan pendakian hari ini. Dari Singapore, rombongan besar dari Malaysia dengan film crew, lima orang turis asing dan kami. Kebanyakan tim sekitar 5 hingga 10 orang. Cuma group kami yang berdua plus guide. Richard sudah memberi tahu bahwa kami akan berangkat pagi sekitar pukul 700.

Selesai mengepak kami set off ke jalan setapak tak jauh dari camp 5. Perasaan-ku ngga mood pagi ini. Mungkin karena kurang tidur semalam. Hujan lebat cukup membuat atap seng jadi riuh dan entah kenapa sulit sekali menutup mata untuk tidur. Jalanan langsung menanjak dengan grade yang lumayan. Perutku jadi mulas. Benar saja belum ada setengah jam mendaki aku muntah karena system pencernaan terlalu diforsir bekerja bersamaan dengan otot kaki. Anehnya sehabis muntah aku malah seger waras. Cuma agaknya perlu tambahan energi untuk menggantikan sarapan yang keluar.

Jalur trek lumayan bagus, disana-sini terkadang diberi tali. Terutama untuk turun karena licinnya batuan dan akar pepohonan. Teduh sekali karena rimbunnya pohon. Jarang banget mendapat sinar matahari langsung. Kalo diitung sebenarnya hanya 2.4 km tapi ini totally vertical. Dalam buku dikatakan paling tidak butuh 3-4 jam untuk sampai ke Pinnacles for fit people. Jarang ada jalur datarnya. Karena itu sangat essensial untuk membawa packing seminim mungkin. Aku lihat beberapa botol minuman di letakkan di tepian trek sebagai suplai kalo turun. Paling tidak perorang membawa dua liter, idealnya sekitar 3 liter. Ngga ada sumber air di sepanjang trek.

The Pinnacles adalah lapisan limestone yang mengalami erosi karena curahan hujan. Ini membuat bentukannya menjadi jeruji tajam. Bahkan tingginya bisa mencapai 30-40m . Letak Pinnacles adalah di lereng Gunung Api (1750m). Belum ada yang mencoba menaklukan puncak sesungguhnya. Sebuah gunung di sampingnya Gunung Benarat (1580m) meski pendek tapi juga belum terjamah. Satu2nya Gunung yang bisa didaki adalah Gunung Mulu (2376m) yang pertama ditaklukan oleh Lord Shackleton (anaknya Ernest Shackleton) di tahun 1932. Anyway bagi aku Pinnacles sudah lebih dari cukup.

Sekitar pukul 10an kami nyampe di sepertiga bagian terakhir (I called it : jalur besi). Di papan peringatan disebut bahwa paling ngga kita nyampe di tahap ini sebelum pukul 11 siang. Alasannya karena cuaca yang sering berubah, kabut dan mungkin hujan juga jalurnya sendiri lumayan berat. Terdapat sekitar 14 tangga besi dan beberapa jembatan penolong juga tali untuk melalui lapisan limestone yang keras. Disana-sini juga ditemui lubang dalam yang klo ngga ati2 bisa nyebur juga.

Trek berubah menjadi merayap, scrambling dan climbing. Menurut aku ini lebih menarik karena beberapa point betul2 memakan tenaga. Jadi jangan percaya dengan guide atau tour operator yang menyebut jalur ini “moderate”. Richard-guide kami malah menganggap the Pinnacles lebih berat ketimbang Mt Kinabalu di sisi tingkat kesulitan. Untung saja hari itu cukup cerah jadi jalur tidaklah terlalu licin.

Setelah total 4 jam pendakian, dengan basah kuyub keringat sampai juga kami ke the Pinnacles. Luar biasa ! Kebetulan kabut juga baru terangkat, jadi nampaklah gerombolan batuan runcing yang seakan menantang langit ini. Bersama kami adalah rombongan yang berangkat lebih dulu, dua orang Singaporean dan serombongan turis asing. Tempat untuk menikmati the Pinnacles juga sempit banget. Maksimal bisa nampung sekitar 10-15 orang dengan beberapa memanjat pohon. Ngga seperti lapangan bola.

Disini pula aku bisa ngobrol rame dengan salah satu turis. Gara-gara ia memakai kaos bertuliskan : Pemilu 2004 Pemilihan Miss Lucu Indonesia. Dari sini mengalir cerita tentang pengalamnnya 4 bulan di Indonesia. Dari mendaki Merapi, Semeru dan upayanya mencapai Rinjani. Juga salah satu trik-nya mengelabui petugas imigrasi untuk tinggal di Indonesia. Miss Lucu bilang bahwa Indonesia adalah tempat terindah yang dikunjunginya. Nah loooo……….asli ini ngga bosa-basi.

Makan siang kami habiskan di the Pinnacles. Terkadang kabut turun dengan cepat dan dalam sekejap hilang dalam gulungan putih. Setelah puas kami bersiap turun. Sekitar pukul 1300 kami meninggalkan lokasi. Untuk turun, ini yang lebih susah sebenarnya. Apalagi satu jam kemudian hujan turun walau tidak terlalu deras. Efeknya jalur menjadi sangat licin. Untung saja akar pohon yang kuat bisa dipergunakan untuk pegangan.

Jalur trek sebenarnya mudah diikuti karena ditandai dengan cat merah di pepohonan. Yang pasti jalur ini dijamin “pacet free”. Setelah berjuang turun (aduh…rasanya ngga gagah banget) tiba di kaki gunung. Richard mendahului karena mungkin ngga sabar karena kita lelet banget terutama aku yang kelelahan. Guide kami ini juga berbaik hati membantu anggota grup lain yang tidak bisa melanjutkan di “jalur besi”. Ada sekitar 3 orang dengan satu orang mengalami gagal sepatu yang mengharuskan guide turun dan naik kembali untuk mengambilkan sepatu. Sekitar pukul 5 sore kami kembali di camp 5 dengan suguhan teh hangat.

Disini sembari leyeh-leyeh aku kebali chatting ria dengan rombongan Miss Lucu dan secara kebetulan aku ketemu kembali dengan bapak separuh baya tambun berwarga negara Inggris yang selalu menyanyikan lagu Begadang. Dia pernah tinggal empat tahun di Indonesia di era 1970an. Bahkan mengaku kenal baik dengan Iswadi Idris (orang bola) dan Hetty Koes Endang (penyanyi). Bahkan ia dengan bangga menyanyikan lagu Indonesia lama yang lain. Kadang aku geli sendiri, tapi kadang terharu. Orang asing ini lebih menghargai budaya kami sendiri.

Makan malam dihidangkan secara komunal. Di dapur terdapat sekitar 7 orang yang memasak. Kebanyakan Park Ranger yang jadi guide. Jadi kita ngga perlu masak jikalau di camp 5. Aku berharap bisa tidur tenang malam ini. Setelah menenggak oralit plus banyak minum kami segera masuk peraduan. In total hari ini hanya sekitar 2 + 1/2 group yang bisa ke puncak. Satu tim dengan film crew balik kanan di setengah jam pertama mendaki. The Pinnacles bukan untuk orang yang gampang menyerah.

To be continued (trekking ke Kuala Terikan dan menyusuri sungai Mendalam yang bergelombang)

Comments

Anonymous said…
I've seen your other website and....Wow...you're a true backpacker ! salam kenal juga ya and thanks for reading my story :)