Sarawak Borneo May 2005 Miri-Mulu


river boating

Day 2 Sun 23/05/05 Miri-Mulu

Kami menginap di River Inn-sebuah losmen kecil di tengah kota Miri. Taripnya RM25 perkepala, terletak di pertigaan Jl.Brooke. Aku membawa buku Rough Guide untuk Malaysia-Brunei-dan Singapore yang ternyata sudah ketinggalan jaman. Miri terlalu cepat berubah. Letaknya yang strategis dengan Brunei membuat kota ini jadi singgahan bagi kawanan expat minyak.

Kondisi River Inn sendiri memrihatinkan. Ngga ada air panas, ada TV tapi rusak. Untung saja AC masih bisa jalan tapi yang tidak kami sadari bahwa di lantai 1 dipakai untuk karaoke. Jadilah malam minggu kami habiskan dengan mendengarkan dangdut dan live sampai tengah malam. Lengkap sudah penderitaan hari ini….

Pagi hari mengepak rucksack. Thomas dari Borneo Adventure menjemput kami di lantai 1 dengan mobil Wira-nya. Kami mengontak Thomas dengan hape pinjaman dari waitress yang melayani makan sehari sebelumnya. Gratis katanya…..
Beberapa barang kami tinggalkan di Miri karena untuk bagasi dibatasi hanya 10kg. Maklum kami akan terbang dengan pesawat kecil dari Malaysia Arlines. Dari Miri ke Mulu dibutuhkan waktu 1/2 jam flight tapi bisa jadi butuh dua hari dengan perahu dengan empat tahapan.

Hari ini pesawat kami Fokker 50. Lumayan gede. Sedang Mulu sendiri baru membuka diri sekitar tahun 1996. Setiba disana, Tom seorang Iban guide menjemput dan menyatakan akan bersama kami hari ini. Lantas ditempatkan disebuah lodge yang waaaa gedee dan airee. Kayaknya balas dendam dengan River Inn dah…

Pukul 1430 Tom dengan sandal gunungnya mengantar ke dua show caves. Ngga jauh dari lodge, sekitar 45 menit jalan ala Iban (cepet buanget..). Gua pertama yang kami kunjungi adalah Lang Cave. Lang berasal dari nama penduduk local yang menemukan pertama kali. Cantik dengan ornament yang bisa disetarakan dengan gua2 di Pacitan Jatim. Terutama bentukan curtains sangat indah.

Gua kedua adalah Deer Cave atau Gua Rusa. Awalnya menjadi persinggahan kawanan rusa untuk berteduh dan minum. Deer Cave sendiri sangat besar dengan entrance setinggi 80 meter dengan plank sejauh 3km yang diterangi lampu. Kebetulan malam sebelumnya di Mulu hujan deras jadi kami bisa menikmati cucuran air dari atap di pintu masuk gua seperti layaknya sinar jatuh dari matahari. Sebuah formasi batu yang diberi nama Abraham Lincoln karena dari dalam akan nampak siluet wajah dengan muka seperti si Presiden USA ini.

Puas pusing-pusing, kami menunggu di sebuah tempat observasi tak jauh dari kedua gua tadi. Seperti panggung kecil dengan deretan bangku. Ini adalah panggung tempat kami menonton atraksi berikutnya: kelelawar. Di saat matahari tenggelam si binatang malam ini keluar mencari mangsa. Cuma karena sarangnya gede banget jadi kebayang jumlahnya adalah 2-3 millions.

Sekitar pukul 1730 tampak gerombolan pertama keluar membentuk sederetan gelombang yang panjang. Mereka keluar dengan group tersendiri, terkadang bisa hingga 10 menit tanpa putus. Kita bikin itungan kasar. Sekitar 30,000 kelelawar dalam semenit maka itung sendiri dalam 1 jam. Menurut Tom mereka keluar dalam waktu 1-2 jam. Nampak juga elang yang mengambil kesempatan dengan memburu kelelawar. Sekitar 6 ekor mengelilingi tiap kali gerombolan keluar. Bahkan kami sempat melihat hornbill yang memantau di kejauhan.

Sebelum gelap kami mencapai lodge dan tidur dengan sangat nyaman (forget about “Hotel California” di Miri). Paginya kami sudah nongkrong di tepi sungai Melinau untuk memulai hari. Nampak sebuah board berisi tarip untuk transport sungai yang terpampang dengan jelas. Beberapa tukang perahu bahkan sudah standby menunggu penumpang. Mulai hari ini dan seterusnya kami didampingi Richard-seorang Iban berperawakan kecil tapi lincah. Dalam perahu sendiri nampak piranti masak dan juga bahan yang siap dibawa hingga Camp 5.

To be continued (mengunjungi Penan settlement dan mulai trekking ke camp 5)

Tambahan info: di Serawak dan Sabah serta Kalimantan kita hanya mengenal Dayaks. Padahal banyak sekali suku2 yang disebut subcategory yakni : Iban, Penan, Kelabit, Kedayan, Tagal, Bisaya dan Lun Bawang maupun Bidayuh (land Dayaks)

Comments

Anonymous said…
hi ambar, ta' tunggu crita2nya yg lain. Perginya sll sendirian or ada kaki? btw,gmn kalau share juga info how to arrange the trips etc. Kali2 yg lain tertarik tapi krg informasi.