Tube, Metro dan MRT : Ngerasain Naik Kereta di Tiga Negara

Sejak di Indonesia saya paling hobby naik KA. Cuma terakhir kali kapok naik eksekutif Yogya-Jakarta. Alasannya : AC-nya terlalu dingin akibatnya masuk angin ngga keruan. Hingga saya putuskan naik kereta ekonomi saja yang murah meriah dan asyiikkk. Ngga ngemplang tiket tapi buat bisa tidur, sambil bawa mat buat tidur di lantai. Biasanya barengan dengan pekerja-pekerja yang kadang ceritanya lugu, mengharukan dan menggelikan.

Itupula yang membuat saya pengen ngerasain naik kereta di Inggris. Nama populernya Tube cuma di simbol resminya bernama Underground. Jalur ini memang paling tua dan tersibuk di dunia. Dibangun sekitar akhir 1850an hingga masih digunakan hingga sekarang. Tube hanya melayani London dan sekitarnya. Awalnya menggunakan batubara hingga akhirnya menjadi sistem listrik yang modern.

Sesuai dengan namanya, tube hanya bisa diakses lewat bawah tanah. Lihat aja tanda lingkaran dengan dua garis merah memotong plus tulisan UNDERGROUND di jalan. Map system-nya juga enak diikuti. Gampang banget.

Untuk beli tiketnya bisa elektronik dengan uang atau card. Tapi kalo jalurnya agak kompleks ada counter pegawai yang bisa menolong. Untuk mudahnya waktu itu saya langsung ke counter dan beli 'one day ticket' seharga £4.10. Tiket harus dimasukkan ke mesin pembaca dan harus tetep disimpan kalo ingin melakukan multiple journey. Pernah tiket saya kelipet ngga sengaja yang mengharuskan saya menjelaskan ke penjaga mesin di tiap stasion karena tiket ngga bisa dibaca.

Keretanya sendiri sedikit tua. Yah masih bagusan Jabotabek kita walau lebih bersih dan vandalisme ngga gila2an. Agak berisik terutama karena sistem akustiknya ngga diperbaharui. Jangan harap ada AC disini. Makanya kalo musim panas di London yang penuh dengan turis kebayang sumpeknya. Untuk musim dingin memang ada heater tapi sebenarnya sistem self heating underground cukup bagus (inget makin ke dalam bumi tanah makin anget). Makanya dihindari naik tube pas musim panas. Sesak napas.....Juga hindari jam-jam sibuk ketika awal kantor dan selesai kantor. Bakalan seperti sarden di kaleng.

Layanan yang lebih bagus ada di Paris dengan Metro-nya. Agak mirip dengan tube tapi fasilitasnya lebih lengkap. Kereta lebih baru dan bersih, vandals ngga banyak-banyak amat juga ruangan yang lebih lebar. Ngga berisik karena railnya lebih lebar dan tertata. Menariknya saya menemui kereta dengan memakai ban karet untuk meredam suara. Harga tiket sama saja tapi saya lebih suka membeli per jalur yang harganya sekitar 1euro karena kami jarang pulang balik dengan kereta.

Map system-nya juga mirip banget hingga saya ngga ada kesulitan membaca rute-rute yang saya inginkan. Di setiap petunjuk pasti ada tanda METRO yang mengindikasikan itulah akses ke kereta bawah tanah. Uniknya Metro ini ngga sesibuk Tube di London. Biasa aja. Mungkin kalau pas musim ramainya turis barulah terasa. Tersibuk yang saya alami adalah hari Minggu ketika banyak penduduk luar Paris yang ingin jalan-jalan ke ibukota. Itupun ngga sesumpek seperti di Tube.


Uniknya hanya di Singapore-lah saya bisa menikmati naik kereta. MRT atau Mass Rapid Transport sangat bersih, ber-AC, rapi dan nyaman. Keretanya pasti dibawah usia 10 tahun dengan pengaman pintu yang membuka dan menutup otomatis. Layanan seperti ini hanya saya temui di Inggris di airport transit yang semuanya serba elektronik.

Satu hal yang juga membedakan adalah sistem ticketing yang otomatis. Tinggal beli EZ link card tanpa perlu menunjukkan kartu identitas. Kartu pertama biasanya seharga Sing$15 yang bisa untuk seharian. Kartu ini dipakai juga untuk bis dengan sistem yang mirip. Taruh diatas scanner baca full taripnya. Kalo kita akan exit dari stasion kita tap lagi di scanner dan terlihat tarip sesungguhnya. Mapping juga lebih simple karena hanya ada 3 jalur plus 2 LRT

Sistem seperti ini ngga saya temui di negara Eropa. Walau saya baca di Tube ada tiket yang seasonal tapi si pemegang hanya dikirimi tiket harian per bulannya. Kuno banget ya... Sebagai bangsa Asia saya bangga banget dengan kemajuan tekno kita. Cuma ada yang saya rindukan kalo naik kereta. Cerita dan candaan sesama pekerja, juga kesetiakawanan lebih hangat di Indonesia ketimbang di tiga negara tsb. Orang cenderung ngga gubris urusan orang lain. Suatu waktu saya ingin menikmati KA Yogya-Jakarta senja Ekonomi lagi.....

Comments

Hany said…
hai Ambar. salam kenal. kebetulan banget nemu blog dikau. padahal aku cuma iseng melakukan sesuatu yg lama nggak aku kerjain: nge-klik next blog di pojokan kanan atas.